Written by http://supermilan.wordpress.com
Seumur hidup walaupun kita menggendong orangtua di pundak kita, tidak akan bisa membalas jasa-jasa orang tua kita .
Delapan
Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia
terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru
sebaliknya.
Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan
terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita
bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
Makanlah nak, aku tidak lapar - KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA .
Ketika
saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar
dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk
disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan
memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia
berkata : Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan - KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
.
Sekarang
aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu
pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata
:Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.
Ibu tersenyum dan berkata :Cepatlah tidur nak, aku tidak capek - KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA .
Ketika
ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu
yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak
dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :Minumlah nak, aku
tidak haus! - KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
.
Setelah
kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai
ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati
yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat
kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, Ibu berkata : Saya tidak butuh cinta -KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA.
Setelah
aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit
sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : Saya
punya duit -KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
.
Setelah
lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat
sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa
ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku : Aku
tidak terbiasa -KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.
Setelah
memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung,
harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra
atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku
karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit
itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus
kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku
perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi
ibu dengan tegarnya berkata : Jangan menangis anakku, Aku tidak
kesakitan -KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN
.
Setelah
mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup
matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya
percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali
mengucapkan : Terima kasih Ibu !
Coba dipikir-pikir
teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah
berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang
dengan ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang
padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar afwan yah
nyindir yg pacaran), kita pasti lebih peduli dengan pacar. Buktinya,
kita selalu cemas akan kabar pacar, cemas apakah dia sudah makan atau
belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita?
Namun,
apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas
apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah
bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan
kembali lagi
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita,
lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata MENYESAL di kemudian hari.
#avg_ls_inline_popup{position:
absolute;z-index: 9999;padding: 0px 0px;margin-left: 0px;margin-top:
0px;overflow: hidden;word-wrap: break-word;color: black;font-size:
10px;text-align: left;line-height: 130%;}
#avg_ls_inline_popup{position:
absolute;z-index: 9999;padding: 0px 0px;margin-left: 0px;margin-top:
0px;overflow: hidden;word-wrap: break-word;color: black;font-size:
10px;text-align: left;line-height: 130%;}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar