Oleh : riosyams.blogspot.com
Ibuku
kecil bukanlah seorang yang terlahir dari keluarga kaya dan berdarah
biru, ibuku hanyalah seorang manusia biasa yang berdarah minang dan
terlahir dari keluarga petani dari dusun negeri tertinggal.
Ibuku
kecil bukanlah seorang yang memiliki nama tambahan di belakang
namanya, ibuku tidak memiliki Amd, ST, Msc, apalagi DR didepan namanya,
bahkan ibuku hanya bergelar seorang anak yang hanya mencicipi manisnya
bangku sekolah rakyat nan merakyat.
Ibuku kecil bukanlah
seorang wanita bernama indah bak indahnya warna pelangi, ibuku tak
pernah marah kepada matahari yang membakar kulitnya, ibuku tak pernah
kasar kepada sawah yang menarik nya untuk berlari.....
Ibuku
kecil bukanlah seorang anak yang mengenal manja, seorang anak yang
merengek minta dibelikan boneka,bahkan sepasang sepatu pun tak pernah
terbelikan, bagai mimpi panjang yang tak pernah berujung,
Ibuku
remaja tak dilindungi oleh rumah nan megah, ia hanya ditutupi oleh
gubug-gubug nan reot, seolah tanah pun enggan menopangnya.
Ibuku
remaja bukanlah seorang pemudi berseri-seri, menari-nari diatas
kesenangan indahnya masa remaja, ibuku adalah seorang pemudi berhenti
berdiri, kembali berlari mengantarkan serantang nasi ke sawah, dan
membawa pulang segantang beras sebagai upah.
Ibuku remaja
bukanlah pemudi yang ditemani dengan rias-rias wajah nan elok,
kulitnya hanya teroleskan keringat, bedak wajah adalah kilauan sengatan
matahari menantang, tubuhnya kurus menjulang, garis wajahnya nan jelas
bak mendulang.
Ibu menangislah hatiku, jantungku
terhujam, ketika kau menangis menggambarkan rinci kehidupan kecil mu
nan pilu. Ibu aku bangga denganmu. Biarpun orang menertawakan mu dulu,
biarpun orang mengucilkan mu dulu, kini aku memuji mu ibu, aku
menyanjung mu ibu, aku dan putra-putri mu yang lain adalah bukti
perjuangan mu, bukti kegigihan mu.
Keringatmu adalah dzikirmu.
Tintamu bukanlah emas ataupun perak.
Ilmu adalah tanganmu, kakimu, dan ketegaranmu.
Kaulah bidadari sesungguhnya wahai ibu.
Darah mu adalah darah mulia bagiku.
Gelar mu adalah gelar dimata di Tuhan sebagai manusia yang tegar.
Kecantikanmu adalah ketegaran dan perjuanganmu.
Ibu,
Sekarang tataplah dinding-dinding rumah kita, Rumah kita tidaklah
megah, tapi kini gubug-gubug itu telah pergi, tanahpun dengan senang
menopang rumah kita, sekalipun kini rantau menahan kita, tataplah
jajaran foto-foto dirimu dan anak-anakmu, terpampang dengan senyum
bangga putera-puteri mu dengan sebuah Toga dan tangan melilit sebuah
bukti kelulusan, bukan…ini bukanlah milik kami, ini adalah milik mu Ibu.
Ibu
tataplah kembali, hiburlah dirimu, lihatlah dalam sebuah bingkai
dirimu tersenyum diatas sebuah unta ditemani oleh Ayahku Juara bagiku
didunia ini. Ingatlah kembali setiap lembar perjalanan mu ke tanah nan
indah lagi suci.
Biarlah orang-orang menatap wujud perjuanganmu.
Ibu Tersenyumlah, engkau lah PahlawanKu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar