Dahulu disebuah perkampungan tinggal seorang nenek yang sudah sangat
tua. Namun kondisi tubuhnya masih sangat sehat. Walaupun usianya sudah
lanjut dirinya masih bisa mencari nafkah sendiri. Walaupun hidup
sendiri, dirinya tidak pernah terlihat sedih. Setiap waktu bibirnya
selalu mengembangkan senyum dan raut mukanya ceria.
Nenek ini tidak menjadi beban para tetangga, sebaliknya para tetangga
menjadikan beliau sebagai tempat mencari jalan keluar untuk berbagai
masalah, karena Sang nenek memang terkenal suka membantu terhadap
sesama, beliau akan memberikan bantuan sebanyak yang ia bisa. Kalau
memang harus memberikan bantuan berupa materi, ketika ia punya dirinya
tak segan-segan memberikan kepada yang lebih membutuhkan. Tidak hanya
orang yang tidak mampu saja yang sering minta bantuan kepada Sang nenek,
banyak juga orang kaya bahkan pejabat setempat mendatanginya untuk
sekedar meminta nasehat. Masyarakat setempat sangat mengagumi dan
menghormati Sang nenek mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua.
Suatu
hari dirinya pun didatangi seorang pejabat desa setempat, pejabat ini
terkenal sangat dermawan. Namun pejabat ini tetap merasakan pamornya
kalah dengan Sang nenek. Ia merasakan apa yang dilakukan jauh melebihi
sang nenek.
Ia selalu membantu rakyatnya yang kesusahan dan ia
merasakan apa yang didapat tidak setimpal. Hatinya sangat gelisah dan
pejabat ingin mencari tahu apa yang diperbuat nenek sehingga Sang nenek
mendapatkan simpati yang melebihi dirinya.
”Nenek aku ingin tahu rahasia nenek sehingga nenek begitu dihormati disini ?” Tanya pejabat.
”Nenek tidak melakukan apa-apa” Jawab nenek dengan gaya khasnya yang selalu tersenyum tulus kepada siapa saja.
”Aku
benar-benar ingin tahu nenek, Aku merasakan aku sudah berusaha yang
terbaik untuk rakyatku tetapi mengapa aku masih tetap saja gelisah.
Bukankah kata orang-orang bahwa yang selalu berbuat baik hidupnya akan
tenang”
”Itu betul tuan pejabat” Nenek menjawab singkat.
”Kalau
berbicara kebaikan aku yakin aku jauh lebih banyak berbuat baik
dibandingkan nenek. Tapi bagiku bisa membantu orang merupakan satu
karunia terbesar yang harus aku syukuri”
”Itu juga betul tuan pejabat”
”Aku bisa merasakan dan sangat yakin hidup nenek jauh lebih tentram dan bahagia dari aku” Tuan pejabat makin gelisah.
”Lagi-lagi tuan pejabat betul” Sang nenek memberikan jawaban yang sama dan pembawaannya juga tetap tenang.
”Mengapa
bisa demikian?” Airmuka pejabat mulai berubah. Wibawa Sang pejabat
hampir tidak terlihat dan berganti sosok yang memelas yang lagi
membutuhkan pertolongan.
”Apakah tuan pejabat benar-benar ingin tahu penyebab kegalauan tuan?” Sang nenek pun melontarkan pertanyaan.
”Iya nek” Balas tuan pejabat.
Sesungguhnya
nenekpun belum tahu apa penyebabnya, yang bisa nenek lakukan adalah
mencari akar permasalahan yang menyebabkan tuan gelisah” Kali ini nenek
berbicara dengan nada yang sangat berwibawa. Dan kewibawaannya semakin
membuat si pejabat ciut.
”Baiklah, nenek ingin tanya hari
ini tuan sudah berbuat kebaikan apa saja dan kejahatan atau kesalahan
orang lain apa yang diterima tuan ?” Nenek menatap dalam-dalam sedangkan
tuan pejabat tidak berani membalas tatapan Sang nenek. Ia tertunduk
sedih.
”Hari ini aku telah membantu sebuah keluarga yang
kelaparan. Aku terharu melihat mereka menitik air mata saat menerima
bantuan dariku, tapi yang membuatku kesal saat aku menuju kesini
ditengah jalan aku bertemu seorang yang terpeleset dijalan, aku
menolongnya, dia bukannya berterimakasih malah memaki-maki aku dengan
kata yang kasar katanya aku jadi pejabat tidak becus. Masa, jalan lagi
rusak tidak diperbaiki. Padahal kondisi jalan sama sekali tidak rusak.
Aku benar-benar tidak bisa diterima, air susu dibalas dengan air tuba”
Jelas pejabat panjang lebar.
”Lupakan itu semua maka hidup tuan akan tenang”
”Maksud nenek?” Tuan pejabat makin bingung.
”Lupakan kebaikan kita kepada orang lain dan juga lupakan kesalahan orang lain terhadap kita”
Akhirnya
tuan pejabatpun paham apa yang membuat dirinya tidak tenang dan mengapa
hidup Sang nenek begitu dihormati. Tuan pejabat pun berpamitan pulang
dan ia telah menemukan kunci hidup tentram. Setelah itu, wajah tuan
pejabat pun selalu terlihat ceria dan mengembangkan senyum. Dirinya pun
tidak mengingat kebaikannya dan kesalahan orang lain.
Berbuat baik itu mulia, mampu memaafkan jauh lebih mulia
”Kebaikan
Akan Kehilangan Nilai Luhurnya Jika Mengharapkan Pamrih, Dan Kesalahan
Orang Lain Pun Akan Membawa Berkah Jika Kita Bisa Memaafkan”
Sahabat.......,Mengingat
kebaikan kita dan kesalahan orang lain bukan tidak mungkin akan
menimbulkan satu penyakit jiwa dan fisik, memikirkan kebaikan kita yang
tidak di hargai dan pelecehan orang lain akan menyebabkan kita susah
tidur dan tidak ada nafsu makan, bukankah akan merusak lahiriah dan
batiniah?.
Melupakan kebaikan kita membuat
kita tidak berharap lebih dan melupakan kesalahan orang lain akan
membunuh akar dendam yang otomatis membuat kita hidup tenang.
Berbuat baik terhadap sesama adalah kewajiban yang tidak perlu ada
hitung-hitungan. Dan bersyukurlah kita yang diberi kesempatan untuk
berbuat baik. Lihatlah berapa banyak orang yang ingin berbuat baik
tetapi tidak mempunyai kesempatan. Mereka yang terbaring tidak berdaya,
mereka yang tidak punya apa-apa saat melihat pengemis datang kepadanya,
hanya ada niat tetapi tidak mempunyai kemampuan. Namun itu masih lebih
baik dari pada mereka yang bisa menolong tetapi enggan melakukannya.
Menolong
orang lain atau berbuat baik pun tidak selalu dengan materi, kita bisa
membantu dengan tenaga, pikiran bahkan bisa juga dengan menjadi
pendengar yang baik yang sedikit berbicara ketika orang lain
menceritakan beban hidupnya.
Dan di Dunia ini pun tidak
ada orang yang tidak pernah berbuat salah. Jika kita tidak bisa
melupakan kesalahan orang lain terhadap kita, sepanjang hidup berapa
banyak orang yang pernah berbuat salah kepada kita. Jika dibiarkan
bukankah dendam akan menumpuk dihati kita yang akan merusak diri kita
sendiri.
Berbuat baik sekecil apapun lalu lupakan. Dan sebesar apapun kesalahan orang lain kitapun tidak perlu mengingatnya.
Sebelum
kita menghitung kebaikan yang telah dilakukan sebaiknya terlebih dahulu
kita harus menghitung kesalahan yang pernah diperbuat.
Allah
berfirman dalam Hadits Qudsi yang artinya : " Nabi Musa a.s telah
bertanya kepada Allah : " Ya Rabbi ! siapakah diantara hamba-MU yang
lebih mulia menurut pandangan-Mu ?" Allah berfirman :" Ialah orang yang
apabila berkuasa (menguasai musuhnya), dapat segera memaafkannya."
Dalam
perjalanan membawa misi Dakwah kepada Kaum Thaif, Rasulullah SAW
mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa buah giginya. berkatalah
salah seorang sahabatnya :" Cobalah tuan doakan agar mereka celaka."
Rasulullah menjawab :"Aku sekali kali tidak diutus untuk melaknat
seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan Penebar
Kasih Sayang. Lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah Yang Maha
Mulia dan berdoa " Ya Allah ampunikah kaumku , karena mereka tidak
mengetahui ."
Masih dalam waktu yang sama juga, seorang
budak hitam bernama Wahsyi yang dijanjikan oleh tuannya untuk
dimerdekakan bila dapat membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin Abdul
Muththalib r.a , ternyata ia berhasil membunuh Hamzah dan ia
dimerdekakan. kemudian ia masuk Islam dan menghadap kepada Nabi Saw.
Wahsyi
menceritakan peristiwa pembunuhan hamzah. walaupun Nabi Saw telah
menguasai Wahsyi dan dapat melakukan pembalasan, namun tidak
melakukannya bahkan memaafkannya. alangkah tingginya akhlak ini.
"
Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. apakah kalian tidak
suka Allah mengampuni kalian ? " (QS. An-Nuur ; 22)
http://www.rumah-yatim-indonesia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar