Kamis, 03 Mei 2012

♥♥♥ Kesederhanaan Aisyah ra ♥♥♥

Aisyah menjalani kehidupannya di bawah naungan Rasulullah. Ia kuat dan tegar dalam menghadapi kepahitan, kesengsaraan, dan kerasnya kehidupan. Tidak pernah terdengar dari lisannya keluhan dan pengingkaran atas nikmat sedikit pun.

Aisyah termasuk tipe wanita yang sangat zuhud dan qana’ah saat itu. Ia hanya memiliki satu stel pakaian. Jika pakaian itu kotor, ia segera mencucinya dan mengenakannya kembali. Sebetulnya pernah ia memiliki pakaian yang mahal harganya, yaitu sekitar lima dirham. Para perempuan sering meminjamnya untuk dipakaikan kepada para pengantin mereka saat pesta pernikahan. Aisyah terkadang juga memakai perhiasan. Di lehernya melingkar seuntai kalung terbuat dari batu akik permata, dania mengenakan cincin emas di jarinya.


Aisyah adalah seorang istri yang sabar dalam mengarungi kehidupan bersama Rasulullah. Ia adalah wanita yang tidak disengsarakan oleh kemiskinan dan tidak dilalaikan oleh kekayaan. Aisyah juga seorang wanita yang sangat dermawan. Hingga pernah terjadi, ketika kaum muslimin telah menguasai pelosok negeri dan kekayaan kaum muslimin datang melimpang, Aisyah pun mendapat uang 100.000 dirham. Tetapi, ia tidak menggunakan uang itu untuk keperluan dan kesenangan dirinya sendiri. Melainkan uang itu langsung dibagikan kepada fakir miskin, hingga tidak tersisa sekeping pun di tangannya.


Ia tetap harmonis bersabar bersama Rasulullah di waktu fakir dan lapar hingga pernah beberapa hari tidak terlihat di rumah Rasulullah nyala api untuk memanggang roti atau memasak. Kedua suami istri itu hanya menyambung hidup dengan air dan kurma saja.


Dalam rumah yang dibangun oleh Rasulullah di samping masjid Nabawi, Aisyah menempati salah satu kamar yang berdampingan dengan masjid. Kamar itu berukuran kurang dari 12 x 12 kaki, beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma, lantainya dari lumpur, alat tidurnya hanyalah

kulit hewan yang diisi dengan lumpur kering, alas duduknya berupa tikar, sedangkan tirai kamarnya terbuat dari bulu hewan. Pintunya hanya satu, tidak terdiri dari dua daun pintu, melainkan hanya satu, terbuat dari kayu jati. Namun pintu itu tidak satu hari pun pernah menolak kedatangan siapa saja sepanjang hayat Rasulullah. Dari kamar yang sederhana itulah, Aisyah memulai kehidupan sebagai istri Rasulullah yang mulia.


Meskipun memiliki seorang pembantu di rumahnya, Siti Aisyah tetap melakukan sendiri segala pekerjaan rumah dan melayani kebutuhan suaminya. Ia terbiasa menumbuk sendiri gandum untuk dibuat tepung, memasak, membersihkan perabotan, menyiapkan air wudhu Rasulullah, menyayangi hewan sembelihan Rasulullah, melumurkan minyak wangi ke tubuh beliau, mencuci pakaiannya, menyiapkan siwaknya dan mencucinya untuk menjaga kebersihannya. Selain itu, ia juga menerima tamu-tamu yang datang kepada Rasulullah di rumahnya dan melayaninya dengan baik.


Dalam hal ini, Rasulullah mengisyaratkan kepada umatnya. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, “Dunia ini bagaikan penjara bagi orang-orang mukmin dan sebagai surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim).


http://www.facebook.com/pages/Komunitas-Muslimah-Rindu-Syariah-Khilafah/304591352923315

Tidak ada komentar:

Posting Komentar