Bismillah....
Mendung menggelapi indahnya biru langit siang tadi..
Semilir angin membawa segumpal rindu..
Entah akan datang hujan atau tidak...
Karena kegersangan mulai membelah keras setiap kekeringan...
Lirih lagu hati menyayat ironi..
Ku lihat indah hari ini tak seindah perasaan jiwa yang terhampar di luar sana...
Oh... siapakah yang peduli?
Rasa sepi, rindu, cinta..bahkan untuk sekedar bercanda dan tertawa...
Ku rasa ada setitik air mata dalam hatiku...
Tertunduk malu, karena laku – laku belum cukup menyelimuti semua kalbu yg haru...
Semoga esok bersamanya darah dakwah ini...
Semua kan gemilang terpatri menguati setiap sudut gelap maupun terang...
Karena sebuah janji yang BENAR hanya ada dalam qalam sang pencipta AL qur’an...
Ratih. Septiana
Al – Farouq Home
Kamis, 6 Oktober 2011
4. 48 pm
*****************************************************************************
"Moralitas haruslah berlandaskan akidah,
Akidahlah yang menyusun konsiderans dan menetapkan nilai - nilai moralitas"
( Sayyid Quthb )
karena
tidak ada moralitas yang hidup tegak dan sejahtera tanpa adanya akidah
yang lurus ( ISLAM ). karena yang baik, belum tentu benar, dan yang
benar musti dirujuk dalam KEBENARAN lagi ( AL qur'an & Sunnah )
Dalam berjalan terbungkam membisu...,
Ada
rasa menggelitik di dalam ini, Hati. Mengamati satu persatu tingkah
polah dari bagian negeri ini. Nyaris membuat diriku sendiri putus asa.
Tapi bukanlah sejati dari muslim jika ia mudah untuk mundur dari sebuah
perjalanan dan ujiannya.
Merasakan setiap hembus
nafas dari jerit – jerit hati itu, empati yang terus menerus mengasah
dan mengajakku turut menyambut keprihatinan. Apa yang dapat ku buat
hari ini? Rasanya belum cukup semua pengorbanan ini. Setiap kemurungan
jiwa mereka, kesuraman langkah dan harapan adalah kesedihan yang mungkin
kalian tak pernah itu.
Anak
– anak jalanan, Jiwa fakir dan miskin. Semua terlantar. Krisis apa
sebenarnya yang melanda negeri ini? Bukan, bukan hanya negeri ini,
bahkan BUMI ini. Ketipisan dan Kepudaran Akidah meruntuhkan semua
moralitas. Hatiku merah padam, berkecamuk dan muak...dibuatnya. Mana
janji anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh Negara dalam pasal
34 ayat 1 di dalam Undang – Undang Negara 1945 di Indonesia ini?
Ku
lihat anak – anak kecil berlarian mengitari lampu merah di Jakarta
ini, wajah lusuh suara yang luruh menandakan keletihan. Sempatkah
mereka makan pagi tadi? Atau hanya sekedar mandi untuk membersihkan
pakaian mereka....? naifkah aku? Terserah.. namun kepedulian ini semakin
memilukan...
********************************************************************************
Pemandangan
terbalik dengan semua orang yang bertendeng dengan jas dan dasi mahal
mereka. Kecantikkan dari pesona apa yang mereka kenakan. Kemahalan
kendaraan yang mereka guna. Satu anak kecil mengais rupiah demi sesuap
nasi dan mungkin membeli buku sekolahnya, ditepiskan tangan menengadah
itu dengan kasarnya, muram dan geram raut sang Tuan, sang Nona..., Jiwa
kecil tak marah..terdiam menunduk lesu
Terlihat takut hingga tangan kaku, mata yang tak cemerlang kerlingannya....
Allahu Rabbi anta ya Rabbi...,
Siapalah kami ini ya Allah?
Bukan siapa – siapa jika tanpaMU...
Gerimis sangat pilu dalam hatiku...
Mungkin..
Telaga bening masih tersisa pada pemilik syurga Jiwa..
Tak
banyak dari mereka dan apa yang diperbuatnya, namun kasih sayang
senyuman dan keramahan adalah kebahagiaan yang nyata berusaha berbagi
dan menjadi keutamaan untuk saling memberi.
Dalam buku yang baru saja ku beli ini “Life Lessons For Women”
Dikatakan
di dalamnya bab I bahwasannya “Mencintai diri sendiri itu adalah hal
yang terpenting sebelum kita bertindak pada yang lain”
Namun penulis tulisan ini memiliki pendapat sendiri...
“Mencintai diri sendiri sebelum bertindak pada yg lain itu memang penting..
tapi caraku mencintai diriku adalah dengan berbagi kasih sayang terhadap sekitarku..
memberi banyak cinta di sekelilingku..
karena hidup yg juga untuk Kehidupan orang lain bagiku..
itulah yang membuat pribadi ini menjadi di luar "kebiasaan" seperti yg lain...
Dan akupun ingin menjadi lebih memahami diriku dengan seperti ini”
(R.S)
Lalu Bagaimana dengan Sahabat Pembaca ?
Pernah
terfikirkah? Ketika kita sering dan menomor satukan diri sendiri? Apa
yang akan terjadi ke depan? Kita akan menjadi orang yang bermental
lemah, manja, dan egois. Karena hanya mencintai diri sendiri itu sama
saja dengan membuat perasaan kita nyaman terlebih dahulu, dan pernahkah
terlintas dalam fikiran KITA? Karena terkadang sesuatu yang dilakukan
dari apa yang tidak kita sukai ( keterpaksaan) itu bisa menjadi wawasan
baru, pengalaman yang dapat menambah persepsi kita. Atau bahkan menjadi
satu jawaban yang selama ini kita cari. Dan kita tak pernah tahu jika
tidak pernah mencobanya..
Kembali pada mencintai diri sendiri...
”Siapa
yang hanya memikirkan dirinya sendiri, dia akan hidup sebagai orang
kerdil dan mati sebagai orang kerdil, tapi, siapa yang mau memikirkan
orang lain, dia akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang
besar.”
(Sayyid Quthb)
***************************************************************************************
Dan Kesinambungan Hal ini dengan Akidah dan Moralitas Bangsa ini,
Akidah
yang lurus akan melahirkan akhlak yang sejahtera, adakah Akidah yang
utuh adalah mereka yang mementingkan diri mereka sendiri? Adakah mereka
yang bertindak curang? Dan tidak mau tahu ketika rakyatnya menanggung
rasa lapar dan ketakutan ?
Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamanNYA...
Tulisan
ini, bukan untuk sebatas Sahabat membaca, tapi penulis mengajak Sahabat
untuk berfikir jauh, dewasa, matang dan penuh dengan tanggung jawab
yang sesungguhnya...dan yang lebih utama adalah jujur bertanya pada diri
KITA sendiri, apa saja yang sudah kita lakukan untuk orang lain?
Ingatkah ? Kebesaran Kita saat ini tidak lebih dan kurang juga pengaruh
dari sekitar. Karena tak akan ada sebuah Mesin yang berjalan tanpa
puluhan dan ribuan kabel yang menyatu untuk ia menyala.
Kerusakan Akidah, meruntuhkan semua moralitas...
Keindahan dunia seolah menghapuskan smua tanggung jawab yg sebenar...
tanggung jawab siapa ketika orang tertsesat sementara KITA yg faham bersikap sebaliknya?
ku faham Kasih Sayang Tak berarti tak dapat membeda mana yg Benar dan Salah
bukan aku berlari dari satu lingkaran ini...
tapi aku ingin menggunakan caraku sendiri dari apa yg aku dapat sampai detik ini...
Islam bukan keterbelakangan zaman,
dia alah intelektualiatas yang musti dijunjung TINGGI !!!
harga mati dengan smua komitmen yg utuh...
fikirkanlah...
jika kau masih berfikir untuk dirimu sendiri sampai hari ini...
untuk apa kau HIDUP?
karena Kau tak bisa berbagi,
aku ingin mencari celah sebelum smua hitam itu memecah...
hingga gelap menyelimuti bumi pertiwi ini...
sulit, tapi inilah tujuan hidup yg bagi yang dia mengerti HIDUP !!
karena hanya dengan ! Akidah yang lurus ( ISLAM )
insya Allah semua perkara dan kasus dapat terurus...
Amin.
******************************************************************************************
“Dan
orang-orang yang telah menetap di kota itu dan (tetap) beriman dan
sebelum mereka; mereka itu kasih kepada orang-orang yang telah
berhijrah kepada mereka dan tidak mereka dapati dalam dada mereka suatu
keinginan pun dari apa yang telah diberikan kepada mereka; dan mereka
Iebih mengutamakan (saudara-saudara mereka yang baru datang itu), lebih
dari diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesulitan. Dan
barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran dirinya, maka orang-orang
inilah yang beroleh kemenangan.”
( Q.S Al Hasyr : 9 )
Inspiration by : Sayyid Quthb & Film “Jamila & Sang Presiden”
Ratih Septiana
white_rose
AL Farouq Home
Kamis, 6 Oktober 2011
5. 27 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar